Bismillaahirrahmaanirrahiim
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam [19] : 59)
======================================
Saudaraku…. pernahkah anda memikirkan betapa fana dunia ini? Anda terlena dengan dunia ini.. Tahukah anda dalam kehidupan ini, anda telah banyak berbuat, berkata, bermuamalah-berhubungan atau menjalin hubungan dengan sesama, dengan keluarga, tetangga, teman dekat, teman jauh, langsung ataupun tidak langsung-menggunakan kecanggihan zaman dengan media elektronik, handphone tercanggih ataupun yang biasa, tanpa kita sadari telah melekat dosa-dosa kecil. Ibarat debu yang berterbangan, yang siap melekat di tubuh kita yang senantiasa beraktifitas.
Jika demikian sudahkah anda berusaha untuk memperbaikinya, kembalilah wahai saudaraku… kepada kalimat yang satu: laa illa ha illallah… yakini, pahami makna yang terkandung didalamnya, dan berusahalah mandi, bersuci, tahukah anda? Hanya dengan 300 detik sehati semalam, anda akan bersih, sebersih anda mandi dengan air yang jernih 5 kali dalam sehari semalam. Sangat mudah bukan?? Saudaraku, 300 detik yang kami maksud adalah waktu sekali kita shalat, yaitu lebih kurang hanya 5 menit. Jika 5 menit dikalikan dengan 60 detik maka menjadi 300 detik. Berarti sekali kita sholat hanya membutuhkan waktu 300 detik waktu di dunia, jika anda membandingkan waktunya di akhirat tidaklah sama.
Saudaraku maukah kamu? Kami tunjukkan beberapa kita dengan 300 detik anda dapat mensucikan diri, melebur dosa-dosa yang telah melekat di diri kita.
Kiat 1. Action 300 detik 5 kali, dalam sehari semalam = melakukan shalat wajib 5 waktu.
(Qs. An-Nisa’ [4]: 103), (Al-Baqarah[2]:45), dan sabda nabi Muhammad saw, dalam hadist Ubadah Ibnu ash-Shamit ra, “Ada lima shalat yang Allah wajibkan kepada hamba-hamba, barang siapa yang mengerjakannya dan tidak menyia-nyiakannya sedikitpun karena menganggap remeh akan haknya maka Allah memberikan janji akan memasukkannya ke dalam Surga. Barangsiapa yang tidak mengerjakannya maka Allah tidak memberikan janji kepadanya. Jika berkehendak maka Allah akan mengadzabnya dan jika berkehendak, maka Dia akan memasukkannya ke dalam surga. “(Al-Iraqi dan dishahihkan oleh ibnu Abdi Barr (2/70), al- Ihya.
Kiat 2. Selalu ingat dan melakukan 300 detik 5 kali sehari semalam, tanpa terlewat satu pun (Subuh, dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya), dengan Tepat Waktu.
Sebab jika ditinggalkan akan menjadi penghuni neraka (Saqar), dalam firman-Nya: “Apakah yang memasukkan kamu kedalam Saqar(neraka)?” Mereka menjawab : “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, (QS. Al-Mudatstsir[43]:42-43).
Nabi Muhammad saw bersabda: ” Pemisah antara seseorang dengan kesyirikan atau kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim).
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Syafiq al-Uqaili ra ia berkata, “Dahulu para sahabat Muhammad saw tidak pernah memandang adanya suatu perbuatan yang meninggalkan merupakan kekufuran selain dari pada shalat.” Al-Hasan al Bashri ditanya tentang firman Allah, “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Maaun[107]:4-5). Maka beliau menjawab, “Dia adalah orang yang lalai dari waktu shalat sehingga keluar dari waktunya. Berkata pula Wahab bin Munabbih “Sungguh mengherankan keadaan orang-orang, mereka menangis terhadap orang yang mati jasadnya, tetapi mereka tidak pernah menangis terhadap yang mati hatinya.” Yang dimaksud mati hatinya adalah meninggalkan shalat.
Kiat 3. Siap menjawab pertanyaan dengan Benar, pertanyaan pertama dari Allah swt.
Diriwayatkan dari Syuraik dari Ashim dan abi Wail dari Abdullah ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang hamba adalah shalat, dan perkara pertama kali yang akan diputuskan diantara manusia adalah urusan darah.” (HR An-Nasa’i dan Ath-Thabrani)
Wahai orang yang meninggalkan shalat, apakah kelak yang akan kau katakan kepada Tuhanmu (Rabbmu) jika Dia bertanya tentang shalat yang merupakan pertanyaan pertama kali untukmu? Maka apakah akan diterima amal-amalmu sebaik apapun jika engkau menjawab, ” Aku tidak melakukannya” lihatlah wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan hak Allah sabda Nabi Muhammad saw dari Buraidah: ” Barangsiapa yang meninggalkan shalat Ashar maka telah terputus seluruh amalannya.” Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Seakan-akan keluarga dan hartanya lenyap.” (HR. Muslim 5/125).
Kiat 4. Selalu semangat melakukan 300 detik (shalat) 5 kali sehari semalam.
Ibnu Hajar didalam Kitabnya “Talkhishul Khabiir” menukil penafsiran Ibnu Hibban terhadap Hadist Nabi yang menjelaskan kafirnya orang yang meninggalkan shalat, beliau berkata, “Ibnu Hibban menafsirkan hadist-hadist tersebut dengan mengatakan, “Jika seseorang telah terbiasa meninggalkan shalat maka akan meningkat dengan meninggalkan kewajiban-kewajiban selainnya. Dan jika sudah biasa meninggalkan kewajiban-kewajiban maka itu membawanya kepada juhud(pengingkaran). Beliau menyebutkan sebutan tertinggi (puncak) yang ia merupakan akhir dari cabang kekufuran yang dimulai dengan meninggalkan shalat pada awalnya.” Lihatlah dan renungkanlah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan.” (QS. Maryan [19]: 59)
Ibnu Mas’ud berkata, Makna menyia-nyiakan shalat dalam ayat ini bukanlah meninggalkannya secara total tetapi mengakhirkan shalat dari waktunya.
Orang yang selalu mengakhirkan shalat dari waktunya, Allah mengancam pelakunya dengan ghay (kesesatan). Tahukah anda dengan kata ghay (bukan kata sebutan) tetapi ghay (yaitu menyimpang dari jalan yang lurus atau tersesat, -pen) dan apa pula pendapat anda semua dengan orang yang meninggalkan shalat secara total?
Kiat 5. Komitmen 100% untuk melakukan 300 detik (shalat) 5 kali sehari semalam dengan berjama’ah.
Diriwayatkan dari Amr Ibnu Umi Maktum dia berkata: “Aku berkata, “Wahai Rosulullah aku adalah orang yang kesulitan dan rumahku jauh (dari masjid). Sementara penunjuk jalanku tidak bisa selalu menyertaiku, maka apakah ada keringanan bagiku untuk melakukan shalat di rumah? Beliau menjawab, “Apakah engkau mendengarkan (Adzan)? Dia menjawab, “Ya” maka Nabi bersabda, “aku tidak mendapatkan adanya rukhsah bagimu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Muslimah dari Abu Hurairah (5/155) dengan tanpa membatasi nama seorang shahabat).
Dikisahkan Umar bin Khatab ra ketika ia telah melalaikan satu kali saja shalat berjamaah ia membayar kafarat dengan memberikan sedekah dengan kebunnya.
Kiat 6. Khusyu’ melakukan 300 detik (shalat) tanpa memperdulikan gangguan apapun.
Pernah dikisahkan kepada Khalaf bin Ayyub, “Apakah seekor lalat tidak mengganggumu di dalam shalatmu lalu enkau mengusirnya? Maka dia menjawab, “Aku tidak membiasakan diriku melakukan sesuatu yang dapat merusak shalatku. “Lalu dikatakan kepadanya, “Bagaimanakah engkau dapat bersabar atas hal itu? Dia barkata, “Telah sampai kabar kepadaku bahwa ada seorang yang fasiq mampu besabar terhadap cambuk seorang Raja agar dikatakan fulan orang yang sangat sabar, lalu dia merasa bangga dengan hal itu, sedangkan aku berdiri di hadapan Rabbku, apakah pantas aku bergerak-gerak untuk mengusir seekor lalat. (dihadapanNya)?”
Kiat 7. Sadar dengan konsekuensi yang diperoleh jika meninggalkan 300 detik (shalat).
Imam Ibnul Qayim menukil di dalam kitabnya “ash Shalah” secara lebih rinci dari pendapat-pendapat tersebut. Setelah beliau menukil pendapat yang mengkafirkan beserta dalil-dalilnya dan juga pendapat yang tidak mengkafirkan beserta dalil-dalilnya maka beliau berkata. “Orang yang meninggalkan shalat adalah kafir berdasarkan nash dari Rosulullah saw, tetapi ia kafir amal (perbuatan) bukan kafir i’tiqad (keyakinan). Dan kekufuran ini tidak mengeluarkan seseorang dari Islam dan millah secara total, sebagaimana juga para pelaku zina, pencuri, peminum khamar juga tidak keluar dari millah (agama), walupun sebutan telah lepas darinya.
Maka wahai orang yang meremehkan hak Allah berhati-hatilah dari siksa Rabbmu, karena sesungguhnya ia amatlah pedih, dan waspadalah jangan sampai menjadi orang yang meninggalkan shalat, sehingga akan tersemat pada diri anda predikat KAFIR, meskipun itu kafir amali.
by: Redaksi Buletin Da’wah
Disarikan dari buku : Tahdiril muslimin min Takhir Shalah wa hukmi tarkuha “Peringatan Penting Seputar Shalat.” Majmu’ Ulama’
Dosa Meninggalkan Shalat 5 Waktu Lebih Besar Dari Dosa Berzina dan Dosa Besar Lainnya
Seri pertama dari tiga tulisan: Mengaku Islam di KTP Namun Meninggalkan Shalat 5 Waktu
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.
Inilah keadaan kaum muslimin saat ini, sungguh memprihatinkan. Kita semua pasti tahu bahwa shalat adalah perkara yang amat penting. Bahkan shalat merupakan rukun Islam, salah satu penegak bangunan Islam. Tanpa shalat bagaimana mungkin bangunan Islam bisa tegak. Namun, itulah realita yang tidak bisa dipungkuri dalam umat ini. Kalau kita melirik sekeliling kita, ada saja orang-orang bahkan kerabat kita sendiri yang meninggalkan salah satu rukun Islam ini. Mungkin di antara mereka, ada yang hanya shalat sekali sehari, hanya shalat maghrib saja. Ada pula mungkin yang shalat hanya sehari seminggu yaitu melaksanakan shalat Jum’at saja, selain hari itu tidak pernah melaksanakan shalat. Ada pula yang lebih parah lagi dalam setahun hanya dua kali baru melaksanakan shalat yaitu shalat Idul Fithri dan Idul Adha. Bahkan di beberapa tempat, memang mereka mengaku beragama Islam karena di KTP-nya saja ditulis beragama Islam dan begitu juga dalam akad nikah juga mengaku beragama Islam. Namun, kesehariannya jika kita tilik ternyata tidak ada satu shalat pun dikerjakan. Lebih parah lagi di suatu desa banyak yang tidak menghadiri shalat Jum’at. Bahkan di desa tersebut tidak dilaksanakan shalat Jum’at sama sekali, padahal mereka yang berada di sana mengaku beragama Islam.
Juga dapat kita saksikan lagi di rumah-rumah sakit, betapa banyak orang yang dalam keadaan sakit –padahal dia masih mampu melaksanakan shalat dengan duduk, berbaring, atau dengan isyarat- meninggalkan rukun Islam yang mulia ini. Begitu pula kita dapat menyaksikan di kendaraan umum semacam di bus atau kereta, ketika kita melakukan safar (perjalanan jauh), betapa banyak orang di kendaraan tersebut hanya tidur dan guyon saja, sudah masuk waktu shalat, namun tidak ada satu pun yang beranjak mengambil air wudhu atau bertayamum. Waktu shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya, dia memang masih di kendaraan tadi, tetapi tidak ada satu pun shalat dilaksanakan. Terakhir, begitu pula kita sering saksikan sebagian orang sering meninggalkan shalat shubuh karena selalu bangun kesiangan. Sudah termasuk kebiasaannya bangun jam 6 pagi, lalu bergegas mandi dan berangkat kuliah atau ke tempat kerja, sedangkan shalat shubuh, dia tinggalkan begitu saja.
Memang sungguh prihatin dengan keadaan umat saat ini. Kebanyakan orang mengaku beragama Islam di KTP, namun seringsekali meninggalkan shalat. Mereka semangat dengan hal-hal duniawi, dengan mengais rizki siang dan malam. Namun mereka tidak pernah bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan dengan melaksanakan shalat. Padahal yang namanya syukur adalah seseorang memanfaatkan nikmat Allah untuk melakukan ketaatan kepada-Nya.
Oleh karena itu, pada tulisan yang singkat kali ini kami akan mengangkat pembahasan mengenai hukum meninggalkan shalat. Semoga Allah memudahkannya dan memberi taufik kepada setiap orang yang membaca tulisan ini.
Shalat adalah Perkara yang Pertama Kali akan Dihisab
Shalat merupakan perkara yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba sebelum amal yang lainnya. Dari Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
” إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ ” .
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”
Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Masyobih no. 1330)
Para Ulama Sepakat Bahwa Meninggalkan Shalat Termasuk Dosa Besar yang Lebih Besar dari Dosa Besar Lainnya
Seorang ulama besar, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, dalam kitabnya Ash Sholah wa Hukmu Tarikiha, hal. 7, mengatakan,
”Kaum muslimin tidaklah berselisih pendapat (artinya mereka sepakat) bahwa meninggalkan shalat wajib (shalat lima waktu) dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir (pembahasan dosa-dosa besar), hal. 25, Ibnu Hazm berkata,
“Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.”
Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, hal. 26-27, juga mengatakan,
“Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa).”
Disebutkan dalam hadist, siapa yang menjaga sholat 5 waktu, maka Allah akan memuliakannya dengan 5 perkara yaitu:
1. Dihindarkan dari kesempitan hidup
2. Dihindarkan dari siksaan kubur
3. Diberi kitab amalnya dengan tangan kanan
4. Berjalan di atas sirat bagaikan kilat
5. Masuk surga tanpa hisab.
Adapun barang siapa yang meremehkan atau(meninggalkan )sholat akan dihukum oleh Allah dengan 15 siksaan yaitu:
Ketika di dunia
1. Dicabut berkat umurnya
2. Dihapus tanda orang yang soleh di muka
3. Amalan yang dikerjakan tidak beroleh pahala
4. Doanya tidak dinaikan ke langit
5. Tidak beroleh pahala orang-orang solehin.
Ketika mati
6. Matinya dalam kehinaan
7. Mati dalam kelaparan
8. Mati dalam kehausan, seandainya diberi air lautan dunia ini ia tidak akan puas.
Ketika dalam kubur
9. Disempitkan kuburnya hingga hancur tulang-tulang rusuknya.
10. Dinyalakan api dalam kubur lalu bergelomanglah ia didalamnya siang dan malam.
11. Didatangkan ular syuja` yang buta matanya dan kukunya dari besi dimana setiap satu kuku mengambil masa perjalanan sehari.
Ketika dihari kiamat
12. Diberatkan hisabnya
13. Allah murka kepadanya
14. Masuk kedalam neraka
15. Putus rahmat dari Allah
Dosa bagi orang yang meninggalkan sholat
Meninggalkan sholat adalah satu-satunya pemisahan antara iman dan kufur.
1. Subuh- satu fardu ditinggalkan Allah akan mencampakannnya kedalam neraka selama 60 tahun.
2. Dhuhur-satu fardhu yang ditinggalkan dosanya sama seperti membunuh seribu orang islam.
3. Ashar-satu fadhu ditinggalkan dosanya sama seperti meruntuhkan kaabah.
4. Maghrib-satu fardhu ditinggalkan dosanya sama seperti berzina dengan ibunya(bagi laki-laki) atau dengan bapaknya(bagi perempuan).
5. Isya`-satu fardhu ditinggalkan Allah tidak akan meridhai hidupnya diatas muka bumi ini.
Maka dari itulah kita Menjaga dan menegakakan sholat 5 waktu, hingga kelak kita tidak merasa menyesal dan merugi.(juga nasihat untuk diriku)
Karena sholat adalah tiang agama seyogyanya kita pegah teguh, dan merupakan dasar kebahagian dunia akhirat kita kelak. Insya Allah. Amien
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Sungguh prihatin melihat kondisi umat Islam saat ini. Jika kita sedikit memalingkan pandangan ke masjid-masjid, kita akan menyaksikan bahwa rumah Allah yang ada sangat sedikit sekali dihuni oleh jama’ah ketika mu’adzin meneriakkan hayya ‘ala shalah. Berlatar belakang inilah, dalam risalah yang ringkas ini kami berusaha mendorong setiap orang yang membaca tulisan ini untuk melakukan shalat yang memiliki banyak keutamaan yaitu shalat berjama’ah. Semoga Allah selalu memberi hidayah dan taufik kepada kita sekalian.
Pertama: Shalat Jama’ah Memiliki Pahala yang Berlipat daripada Shalat Sendirian
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak 27 derajat.” [1]
Dari Abu Sa’id Al Khudri, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلاَةُ فِى جَمَاعَةٍ تَعْدِلُ خَمْسًا وَعِشْرِينَ صَلاَةً فَإِذَا صَلاَّهَا فِى فَلاَةٍ فَأَتَمَّ رُكُوعَهَا وَسُجُودَهَا بَلَغَتْ خَمْسِينَ صَلاَةً
“Shalat jama’ah itu senilai dengan 25 shalat. Jika seseorang mengerjakan shalat ketika dia bersafar, lalu dia menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, maka shalatnya tersebut bisa mencapai pahala 50 shalat.” [2]
Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Kadang keutamaan shalat jama’ah disebutkan sebanyak 27 derajat, kadang pula disebut 25 kali lipat, dan kadang juga disebut 25 bagian. Ini semua menunjukkan berlipatnya pahala shalat jama’ah dibanding dengan shalat sendirian dengan kelipatan sebagaimana yang disebutkan.” [3]
Ke Dua: Dengan Shalat Jama’ah Akan Mendapat Pengampunan Dosa
Dari ‘Utsman bin ‘Affan, beliau berkata bahwa saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلاَةِ الْمَكْتُوبَةِ فَصَلاَّهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِى الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ
“Barangsiapa berwudhu untuk shalat, lalu dia menyempurnakan wudhunya, kemudian dia berjalan untuk menunaikan shalat wajib yaitu dia melaksanakan shalat bersama manusia atau bersama jama’ah atau melaksanakan shalat di masjid, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.”[4]
Ke Tiga: Setiap Langkah Menuju Masjid untuk Melaksanakan Shalat Jama’ah akan Meninggikan Derajatnya dan Menghapuskan Dosa; juga Ketika Menunggu Shalat, Malaikat Akan Senantiasa Mendo’akannya
Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَصَلاَتِهِ فِى سُوقِهِ بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لاَ يُرِيدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ فَلَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ
“Shalat seseorang dalam jama’ah memiliki nilai lebih 20 sekian derajat daripada shalat seseorang di rumahnya, juga melebihi shalatnya di pasar. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara mereka berwudhu, lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian mendatangi masjid, tidaklah mendorong melakukan hal ini selain untuk melaksanakan shalat; maka salah satu langkahnya akan meninggikan derajatnya, sedangkan langkah lainnya akan menghapuskan kesalahannya. Ganjaran ini semua diperoleh sampai dia memasuki masjid. Jika dia memasuki masjid, dia berarti dalam keadaan shalat selama dia menunggu shalat. Malaikat pun akan mendo’akan salah seorang di antara mereka selama dia berada di tempat dia shalat. Malaikat tersebut nantinya akan mengatakan: Ya Allah, rahmatilah dia. Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah, terimalah taubatnya. Hal ini akan berlangsung selama dia tidak menyakiti orang lain (dengan perkataan atau perbuatannya) dan selama dia dalam keadaan tidak berhadats. ” [5]
Ke Empat: Melaksanakan Shalat Jama’ah Berarti Menjalankan Sunnah Nabi, Meninggalkannya Berarti Meninggalkan Sunnahnya
Terdapat sebuah atsar dari dari ‘Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ غَدًا مُسْلِمًا فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلاَءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ فَإِنَّ اللَّهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- سُنَنَ الْهُدَى وَإِنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَى وَلَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِى بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّى هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِى بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ
“Barangsiapa yang ingin bergembira ketika berjumpa dengan Allah besok dalam keadaan muslim, maka jagalah shalat ini (yakni shalat jama’ah) ketika diseru untuk menghadirinya. Karena Allah telah mensyari’atkan bagi nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam sunanul huda (petunjuk Nabi). Dan shalat jama’ah termasuk sunanul huda (petunjuk Nabi). Seandainya kalian shalat di rumah kalian, sebagaimana orang yang menganggap remeh dengan shalat di rumahnya, maka ini berarti kalian telah meninggalkan sunnah (ajaran) Nabi kalian. Seandainya kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, niscaya kalian akan sesat.” [6]
Ibnu ‘Allan Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika kalian melaksanakan shalat di rumah kalian yaitu melaksanakan shalat wajib sendirian atau melaksanakan shalat jama’ah namun di rumah (bukan di masjid) sehingga tidak nampaklah syi’ar Islam, sebagaimana hal ini dilakukan oleh orang yang betul-betul meremehkannya ... , maka kalian berarti telah meninggalkan ajaran Nabi kalian yang memerintahkan untuk menampakkan syi’ar shalat berjama’ah. Jika kalian melakukan seperti ini, niscaya kalian akan sesat. Sesat adalah lawan dari mendapat petunjuk.” [7]
Catatan: Ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat jama’ah ini ditujukan bagi kaum pria, sedangkan wanita lebih utama shalat di rumahnya berdasarkan kesepakatan kaum muslimin (baca: ijma’ kaum muslimin).
Semoga dengan risalah yang singkat ini, dapat mendorong kita untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Semoga masjid-masjid kaum muslimin dapat terisi terus dengan banyaknya jama’ah.
Pembahasan ini masih akan dilanjutkan dengan keutamaan shalat jama’ah pada setiap shalat 5 waktu dan hukuman keras bagi orang yang meninggalkan shalat jama’ah. Semoga Allah memudahkan urusan ini.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
[1] HR. Bukhari dan Muslim. [Bukhari: 15-Kitab Al Jama’ah wal Imamah, 1-Bab Kewajiban Shalat Jama’ah. Muslim: 6-Kitab Al Masajid, 43-Bab Keutamaan Shalat Jama’ah dan Penjelasan Mengenai Hukuman Keras Apabila Seseorang Meninggalkannya]
[2] HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
[3] Syarh Shohih Al Bukhari li Ibni Baththol, 2/271, Maktabah Ar Rusyd
[4] HR. Muslim. [Muslim: 3-Kitab Ath Thoharoh, 4-Bab Keutamaan Wudhu dan Shalat Sesudahnya]
[5] HR. Bukhari dan Muslim. [Bukhari: 15-Kitab Al Jama’ah wal Imamah, 1-Bab Wajibnya Shalat Jama’ah. Muslim: 6-Kitab Al Masajid, 50-Bab Keutamaan Shalat Jama’ah dan Keutamaan Menunggu Shalat]
[6] HR. Muslim. [Muslim: 6-Kitab Al Masajid, 45-Bab Shalat Jama’ah adalah Sunanul Huda]
[7] Dalil Al Falihin Li Thuruqi Riyadhis Sholihin, 6/402, Asy Syamilah
Rabu, 10 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SHUBHAANALLAH.
BalasHapusALHAMDULILLAH.sangat trbuka.
Semoga kita bukan termasuk orang dan golongan yang meninggalkan Sholat
BalasHapus